PENGUATAN KEPALA SEKOLAH MODUL 2. TEKNIK ANALISIS MANAJEMEN
Tim Penyusun Modul Teknik Analisis Manajemen: Drs. Sri Mulyono, M.Pd.; Iqbal Khamdani, M.Pd.I.; Dra. Ernesta Dwi Winasis, M.Pd
Target Kompetensi dari modul teknik analisi manjemen adalah Setelah memelajari modul Teknik Analisis Manejemen (TAM) ini saudara diharapkan mampu Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
Indikator pencapaian kompetensi dari modul Teknik Analisis Manajemen adalah
1. Kondisi sekolah dianalisis menggunaan teknik SWOT. 2. Raport mutu dianalisis melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS).
Pengalaman berharga. Setelah mengikuti pembelajaran materi Teknik Analisis Manajemen (TAM) saya mendapatkan pembelajaran yang sangat berharga untuk A. Meningkatkan kemamapuan melakukan analisis keadaan lingkungan internal dan ekternal yang berpengaruh terhadap kulaitas sekolah dengan menggunakan teknik SWOT yaitu Strength (S) = kekuatan, Weakness (W) = kelemahan, Opportunity (O) = peluang, dan Threats (T) = ancaman. Selain itu, saya mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan matriks SWOT untuk memetakan potensi dan kekurangan sekolah dengan mengembangkan empat jenis strategi, yaitu Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman) dan Strategi WT (kelemahan-ancaman).
Peningkatan kemampuan tersebut saya dapatkan karena pada saat pelaksanaan diklat penguatan kepala sekoah dengan materi pembelajaran TAM ini, saya berlatih melakukan analisis SWOT serta berlatih mengerjakan strategi SO, WO, ST, dan WT melalui studi kasus yang di sajikan. Studi kasus yang di sajikan pada pembelajaran tersebut merupakan kasus yang nyata terjadi di sekolah.
Selain itu, peningkatan kemmapuan saya dan peserta diklat lainnya karena dalam proses pembelajaran terjadi saling meberikan masukan dan berbagi pengalaman diantara peserta dalam melakukan analisis SWOT dan penerapan staregi SO, WO, ST, dan WT yang sudah dilakukan di sekolah masing-masing, masukan dan arahan dari pengajar di kelas menjadikan kemampuan peserta diklat menjadi lebih sempurna.
B. Meningkatkan pemahaman terhadap materi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), salah satu kegiatan yang dilakukan terhadap penjaminan mutu internal adalah dengan melaksanakan Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS merupakan proses evaluasi diri sekolah yang bersifat internal melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan SNP.
Pelaksanaan EDS adalah dengan mengisi intrumen EDS/PMP, hasil pengisisan instrumen PMP tersebut akan menghasilkan raport mutu sekolah. Raport mutu sekolah merupakan gambaran ketercapaian sekolah dalam melaksanakan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Raport mutu sekolah tersebut selanjutnya dilakukan analisis, dari hasil analisis tersebut di ambil prioritas untuk selanjutnya dibuat program yang akan digunakan sebagi program pengambangan sekolah dan tertuang di Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan RKAS sekolah.
C. Menngkatkan keterampilan dalam melakukan analisis dan penyusunan rekomendasi terhadap hasil pemetaan mutu
Materi analisis terhadap raport mutu sekolah menjadi materi yang menarik untuk di diskusikan olehkarena itu pembahasan materi ini menjadikan suasana kelas menjadi hidup, sebagian besar peserta diklat mengungkapkan pendapatnya terhadap hasil raport mutu yang ada di seklah masing-masing
Secara umum pendapat peserta dapat di kelompokkan menjadi beberapa poin yaitu: Proses pengisian instrumen PMP, Membaca Raport Mutu, dan penyikapan terhadap raport mutu.
- Proses pengisian instrumen PMP: Proses pengisian PMP yang terjadi di sekolah-sekolah ternyata berbeda-beda. Berdasarkan hasil diskusi dalam pembelajaran tersebut terdapat beberapa poin dalam proses pengisian intrumen PMP yaitu: Pengisian instrumen PMP diisi sendiri oleh operator sekolah; Proses pengisian intrumen PMP kurang sungguh- sungguh dengan kata lain hanya sekedar mengisi; Proses pengisian instrumen tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dalam mengisi instrumen dengan memilih option jawaban yang baik-baik sehingga hasil dari raport mutu tidak menunjukkan kondisi sebenarnya dari sekolah.
Berdasarkan masalah proses pengisian instrumen PMP tersebut di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa proses pengisian instrumen PMP harus dilakukan dengan sebaik-baiknya dalam arti pengisian instrumen tersebut harus sesuai dengan kondisi sebenarnya dari sekolah dan pengisian instrumen PMP harus di lakukan oleh yang berhak mengisi sesuai dengan aturan yang berlaku. Jika proses pengisian insttrumen PMP dilaksanakan sesuai dengan semestinya, maka raport mutu yang dihasilkan dapat dijadikan patokan atau dasar untuk menyusun rekomendasi beradasarkan prioritas yang akan di perbaiki.
- Membaca Raport Mutu: Membaca raport mutu menjadi pengalaman tersendiri bagi peserta diklat namun demikian belum semua peserta diklat menjadikan raport mutu sebagai landasan dalam merancang program sekolah karena ternyata raport mutu yang sudah ada di sekolah sebagian besar tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.
- Menyikapi raport mutu yang ada di sekolah. Kepala sekolah harus mengadakan perubahan dalam proses pengisian instrumen PMP dengan mengedepankan proses yang benar sesuai aturan yang berlaku sehingga raport mutu dapat dijadikan acuan untuk membuat program perbaikan di sekolah yang bermuara pada peningkatan kualitas sekolah.