GERAKAN LITERASI DI SMPN 4 KOTABARU


Notice: Undefined index: file in /home/gusndolc/public_html/wp-includes/media.php on line 1763

Notice: Undefined index: file in /home/gusndolc/public_html/wp-includes/media.php on line 1763

Notice: Undefined index: file in /home/gusndolc/public_html/wp-includes/media.php on line 1763

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dikembangkan berdasarkan Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti mempunyai tujuan Umum yaitu Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Selain tujuan umum, GLS juga mempunyai tujuan khusus  yaitu: (a) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah; (b) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat; (c) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan;(d) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. Dalam pelaksanaannya, Gerakan Literasi Sekolah (GLS mempunyai tiga tahapan yaitu, Pertama, tahap pembiasaan; kedua, tahap pengembangan; ketiga, tahap pembelajaran. Secara umum kegiatan GLS tahap pembiasaan. ( Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama, hal.2 tahun 2016).

Menindaklanjuti Permendikbud tentang GLS  tersebut dia atas, maka SMPN 4 Kotabaru memasukkan kegiatan GLS di dalam program yang di kembangkan. Adapun Model GLS yang dilaksankan di SMP N 4 Kotabaru adalah masih dalam tahap pembiasaan.  

Tujuan GLS pada Tahap Pembiasaan

Kegiatan literasi di tahap pembiasaan meliputi dua jenis kegiatan membaca  yaitu membaca untuk kesenangan, yakni membaca dalam hati dan membacakan nyaring oleh guru. Secara umum, kedua kegiatan membaca  memiliki tujuan, antara lain:  a. meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran; b. meningkatkan kemampuan memahami bacaan; c. meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik; dan d. menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan. Dalam tahap pembiasaan, iklim literasi sekolah diarahkan pada pengadaan dan pengembangan lingkungan fisik, seperti: a. buku-buku nonpelajaran (novel, kumpulan cerpen, buku ilmiah populer, majalah, komik, dsb.); b. sudut baca kelas untuk tempat koleksi bahan bacaan; dan c. poster-poster tentang motivasi pentingnya membaca.

Prinsip-prinsip GLS Tahap Pembiasaan

Prinsip-prinsip kegiatan membaca di dalam tahap pembiasaan dipaparkan berikut ini. a. Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari. Sekolah bisa memilih menjadwalkan waktu membaca di awal, tengah, atau akhir pelajaran, bergantung pada jadwal dan kondisi sekolah masing-masing. Kegiatan membaca dalam waktu pendek, namun sering dan berkala lebih efektif daripada satu waktu yang panjang namun jarang (misalnya 1 jam/minggu pada hari tertentu). b. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran. c. Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah. d. Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai minat dan kesenangannya. e. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti oleh tugas-tugas yang bersifat tagihan/penilaian. f. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan. Meskipun begitu, tanggapan peserta didik bersifat opsional dan tidak dinilai. g. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini berlangsung dalam suasana yang santai, tenang, dan menyenangkan. Suasana ini dapat dibangun melalui pengaturan tempat duduk, pencahayaan yang cukupterang dan nyaman untuk membaca, poster-poster tentang pentingnya membaca. h. Dalam kegiatan membaca dalam hati, guru sebagai pendidik juga ikut membaca buku selama 15 menit.

Tahap GLS di SMPN 4 Kotabaru

Tahapan GLS yang dilaksanakan di SMPN 4 Kotabaru adalah tahap pembiasaan. Pada tahap pembiasaan ini kegiatan  GLS dilaksanakan  dengan cara  pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, pembiasaan GLS di SMPN 4 Kotabaru di dilaksanakan dengan dua model yaitu: pertama, pembiasaan GLS  model di Lapangan sekolah; dan Kedua, GLS model di kelas.

1. GLS di Lapangan

Pembiasaan GLS di lapangan dilaksanakan sebanyak satu kali dalam satu minggu  yaitu setiap hari rabu pagi sebelum pembelajaran di mulai.  Pada saat tersebut, setiap  pukul 06.45 wib semua siswa mulai dari kelas 7,8, dan 9 berkumpul dilapangan untuk melaksanakan pembiasaan GLS. Mereka duduk dengan rapi sesuai dengan kelas masing-masing. Sambil duduk dilapangan, barisan dimulai dengan kelas 9A,9B,9C….sampai 9H selanjutnya disambung dengan kelas 8A,8B…. sampai 8i, dan dilanjutkan dengan kelas 7A,7B, …dan seterusnya sampai kelas7i. Setiap kelas duduk berbaris  menjadi dua barisan yaitu barisan laki-laki dan dan barisan perempuan.  

Kegiatan ini dipandu oleh pembina GLS yang terdiri dari dua orang guru yang sudah berpengalaman didalam GLS. Tugas pembina adalah memandu kegiatan mulai dari awal sampai akhir sehingga kegiatan berlangsung sesuai dengan tujuan.

Adapun Kegiatan GLS dilapangan dilaksanakan dengan dua metode yaitu membaca nyaring dan bercerita singkat.

a. Membaca Nyaring

GLS dilapangan yang pertama adalah membaca nyaring. Membaca nyaring dilaksankan oleh guru pembina atau guru yang lain yang siap membacakan buku bacaan  yang menarik,bermanfaat, da menyenagkan bagi siswa karena kandungan nilai moral, sastra, keindahan, relevansi dengan kondisi anak, dll. Untuk kegitan ini ada beberapa poin yang perlu diperhatikan oleh guru yang akan menjadi pembaca buku pada GLS. Diantara poin-poin yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

Sebelum membaca: Guru sudah membaca buku yang akan dibacakan sebelumnya agar dapat mengidentifikasi proses dan strategi yang akan digunakan dalam membacakan nyaring; Guru perlu menandai bagian yang perlu diberi penekanan dan ilustrasi, tempat jeda untuk bertanya, dll; Guru membuka percakapan tentang bahan bacaan yang akan dibaca dengan menyebutkan penulis dan judul buku (serta ilustrator, bila ada); Guru menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan cerita yang akan dibaca melalui tanya jawab singkat tentang pengarang, menerka isi buku dengan memperhatikan sampul dan judul buku, latar cerita/peristiwa, gambar,dll.

Saat membaca: Guru membaca teks dengan pengucapan dan intonasi yang jelas, dan tidak terlalu cepat; Guru mengajukan pertanyaan di antara kalimat untuk menggugah tanggapan peserta didik.

Setelah membaca: Guru melakukan kegiatan bincang buku dengan bertanya kepada peserta didik tentang tanggapan mereka terhadap buku yang baru selesai dibaca.

contoh pertanyaan di bawah ini

  1. Apakah kamu menikmati cerita yang baru kamu dengarkan? Mengapa? Siapa saja tokoh cerita dalam buku itu?
  2. Tokoh mana yang paling kamu sukai?
  3. Bagaimana ciri-ciri tokoh tersebut?
  4. Apa yang tidak kamu sukai dari isi buku itu?
  5. Bila kamu penulis cerita tersebut, bagaimana kamu akan mengakhiri cerita itu? Adakah kata-kata sulit yang tidak kamu pahami saat mendengarkan cerita tadi?
  6. Coba ceritakan kembali isi cerita tersebut dengan katakatamu sendiri!

b. Bercerita Singkat

GLS di lapangan yang kedua adalah kegiatan bercerita singkat. Bercerita singkat adalah kegiatan bercerita yang dillakukan oleh perwakilan siswa setiap kelas. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari GLS yang dilaksanakan di kelas. Pada saat GLS di kelas, siswa membaca buku  dengan senyap dari buku yang sudah di bawa dari rumah masing-masing. Hasil dari membaca hening yang dilaksankan di kelas tersebut, selanjutnya di ceritakan di lapangan kepada semua siswa mulai dari kelas 7,8, dan 9. Kegiatan tersebut dipandu oleh guru sebagai pembina GLS di sekolah yang terdiri dari dua orang guru.

Tugas dari pembina GLS adalah memandu jalannya pembiasaan GLS agar tujuan kegaiatn bisa terwujud, kegiatan menarik untuk diikuti oleh siswa.  yaitu Pertama, pembina mengajak kepada seluruh siswa dan guru yang ada untuk  memulai kegiatan dengan membaca doa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing. Setelah berdoa kegiatan dilanjutkan dengan  bercerita singkat isi buku yang sudah dibaca setiap hari selasa dan kamis pada saat pembiasaan GLS di kelas sebelum pembelajaran di mulai.

Sesuai dengan jadwal yang sudah di tentukan,  pembina memanggil perwakilan kelas    kedepan lapangan untuk menceritakan secara singkat  isi buku yang sudah di baca. Siswa perwakilan kelas yang dipanggil oleh pembina GLS tersebut, selanjutnya berjalan kedepan lapangan untuk bercerita. Kegiatan tersebut dilihat dan diperhatikan oleh semua siswa di sekolah tersebut ditambah dengan bapak dan ibu guru yang sudah hadir. Pada kesempatan tersebut setiap pembiasaan GLS di lapangan, semua tingkatan kelas mendapatkan giliran untuk bercerita di depan lapangan. Dengan demikain maka, setiap hari pembiasaan GLS dilapangan ada tiga perwakilan siswa yang bercerita yaitu satu siswa dari kelas 7, satu siswa dari kelas 8, dan sat siswa dari kelas 9. Demikian seterusnya dengan kelas yang bergantian dan siswa yang bergantian pula.

2. GLS di Kelas

Selain di lapangan, Pembiasaan GLS  juga dilaksankan di kelas.  kegiatan GLS di kelas  dilaksanakan   dilaksankan setiap hari selasa dan kamis  sebelum pembelajaran di mulai.

Pelaksanaannya adalah pada pukul 06.45 wib semua siswa masuk ke kelas masing-masing. Begitu pula dengan guru yang mengajar pada jam ke satu. Selanjutnya guru yang mengajar jam pertama memandu pembiasaan GLS di kelas tersebut. Adapun kegiatan pembiasaan GLS adalah   sebagai berikut:

Sebelum Membaca: 1) Guru meminta peserta didik untuk mengeluarkan buku  yang dibawa dari rumah. 2) Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih buku sesuai dengan minat dan kesenangannya. 3) Memberikan penjelasan bahwa peserta didik akan membaca buku tersebut sampai selesai dalam kurun waktu tertentu, bergantung ketebalan buku. 4) Peserta didik boleh memilih tempat yang disukainya untuk membaca.

Saat Membaca: Peserta didik dan guru bersama-sama membaca buku masing-masing dengan tenang selama 15 menit.

Setelah Membaca: 1) Peserta didik mencatat judul dan pengarang buku, serta jumlah halaman yang dibaca di jurnal membaca harian. 2) Guru mengingatkan peserta didik untuk melanjutkan membaca buku yang sama di pertemuan berikutnya. 3) Peserta didik memasukkankan buku ke dalam tas. 4) Guru memulai/melanjutkan kembali pelajaran di hari itu.  

Sumber:

Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti

Retnaningdyah,P., Laksono,K., Mujiyem, Setyorini, N.P., Sulastri, dan Hidayati,U.S. (2016).Panduan Gerakan Literasi Sekolah untuk Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Karawang, 30 Juni 2020

By: Ahmad Fadloli

Leave a Reply