Teras Kelasku Literasiku_Praktik Baik Kepala Sekolah Model STAR
Ahmad Fadloli, Kepala SMPN 4 Kotabaru, Karawang
A. Situasi
Quote 1. “Jika budaya kamu tidak menyukai orang-orang kutu buku, kamu berada pada
masalah yang serius”- Bill Gates; Quote 2. “Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan
peradaban, hancurkan buku-bukunya. Maka pastilah bangsa itu akan musnah” – Milan
Kundera. https://www.idntimes.com/life/inspiration/adliputra/15-quotes-tokoh-dunia tentang-buku-semoga-mulai-kecanduan-membaca-c1c2.)
Dari quote pertama dapat kita ambil Pelajaran bahwa begitu pentingnya rajin membaca buku
sebab dengan membaca buku maka pengetahuan semakin bertambah, pola pikir menjadi
tertata rapi tidak asal berbicara tanpa makna, pala kalimat berbicara menjadi terstruktur enak
di dengar dan mudah di cerna. Oleh karena itu orang yang tidak suka membaca akan
mengalami permasalahan dalam segala hal.
Jika generasi muda siswa-siswi terutama Tingkat SMP tidak terbiasa dengan membaca maka
generasi emas yang dicanangkan oleh pemerintah di tahun 2045 sulit dapat terealisasi. Bisa jadi generasi mendatang adalah generasi yang tidak mengetahui Sejarah, generasi yang tidak paham terhadap perjalanan sebuah bangsa, generasi yang buta terhadap politik, generasi yang kurang menguasai pengetahuan dan teknologi. Jika hal demikian terjadi, maka bangsa ini akan musnah dikarenakan generainya lemah dalam segala hal diakibatkan tidak terdidik untuk membaca. Sebagaimana quote yang
kedua dari Milan Kundera bahwa jika ingin menghancurkan bangsa dan peradaban, maka
hancurkanlah buku-bukunya.
Dalam implementasi di sekolah, kalimat tersebut juga dapat dimaknai bahwa kenyataan yang ada bahwa di perpustakaan sekolah buku bacaannya sangat banyak, tertumpuk di rak-rak buku, terdapat ribuan judul buku bacaan, ratusan judul buku pengetahuan, tetapi sepi peminat, sepi yang datang ke perpustakaan sekolah untuk membaca.
Kondisi diantara bukti bahwa budaya baca di sekolah terutama di SMPN 4 Kotabaru masih rendah.
Rendahnya budaya baca tersebut juga dapat dijadikan sebagai salah satu indikator bahwa kegiatan
pembiasaan literasi yang dialksankan selama ini masih kurang optimal untuk menjadikan siswa
menjadi gemar membaca.
Tetapi walaupun demikian, kondisi seperti itu tidak serta merta dapat dikatakan bahwa siswa SMPN 4 Kotabaru budaya bacanya rendah atau malas membaca. Bisa jadi rendahnya
minat baca tersebut dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah:
Pertama, jarak perpustakaan dengan ruang kelas. Kedua, kapasitas perpustakaan yang tidak memadai. Ketiga, kondisi perpustakaan yang tidak menarik dan tidak nyaman. Ke empat, bisa jadi tidak ada tenaga perpustakaan yang khusus mengelola.
B. Tantangan
- Bagaimana caranya agar tumbuh budaya membaca dikalangan siswa setiap saat?
- Bagaimana menjadikan bahan bacaan berada dekat dengan siswa?
- Bagaimana menjadikan tempat membaca yang mudah di akses setiap saat oleh siswa?
- Bagaimana menjadikan tempat membaca yang nyaman dan santai untuk membaca
C. Aksi Nyata
1. Refleksi Kegiatan Pembiasaan Literasi dan RTL
a. Pembiasaan Literasi
SMPN 4 Kotabaru telak melaksanakan kegiatan pembiasaan literasi setiap hari selasa. Kegiatan tersebut sudah berlangsung mulai tahun ajaran 2023-2024 dan berlangsung selama 40 menit mulai pukul 07.00 Wib sampai pukul 07.40 Wib. Kegiatan literasi tersebut dilaksankan dilapangan dan dipandu oleh dua orang guru coordinator literasi dan numerasi.
Pelaksanaannya adalah dengan cara siswa membaca senyap selama 15 menit selanjutnya perwakilan siswa menyampaikan hasil yang sudah dibaca di depan lapangan. Selanjutnya dilakukan penguatan oleh coordinator dan diakhiri dengan cara siswa menuliskan rangkuman buku yang sudah di baca ke dalam buku catatan literasi.
Kegiatan ini hanya berlangsung satu kali dalam satu minggu sehingga masih belum optimal untuk membudayakan siswa membaca setiap saat.
b. Pemanfaatan Perpustakaan untuk Membaca
Hasil pemantauan terhadap perpustakaan dapat dilihat bahwa sedikti siswa yang dating langsung ke perpustakaan untuk membaca. Hal tersebut disebabkan karena tempat perpustakaan yang agak jauh bahkan untuk kelas yang berada di belakang, jarak dengan perpustakaan cukup jauh.
Selain jarak, tenaga pustakawannya tidak selalu berada di ruang perpustakaan dikarenakan tenaga perpustakaan adalah guru. Selanjutnya, kenyamana perpustakaan juga menjadi penyebab kurang tertariknya siswa dating membaca di perpustakaan.
2. Membentuk TIM Literas
Langkah selanjutnya adalah membentuk TIM Literasi yang bertugas merencanakan, melaksankan, dan sekaligus melaksankan evaluasi berkala terhadap program yang akan dilaksankan.
3. Pembuatan Program
TIM yang sudah terbentuntuk Menyusun program literasi sekolah. Literasi dilaksankan melalui dua program yaitu pembiasaan rutin/terjadwal dan pembiasaan setiap saat/tidak terjadwal.
Pembiasaan rutin/terjadwal pembiasaan literasi yang terjadwal dan dilaksankan setiap hari selasa pukul 07.00 Wib sampai 07.40 Wib. Dalam pelaksanaannya kegiatan literasi tersebut di bimbing oleh koordinator literasi dari guru. Selanjutnya pembiasaan setiap saat/tidak terjadwal adalah pembiasaan yang dilaksanakan oleh siswa tanpa ada pembimbing dan dilaksankan setiap saat pada saat istirahat, pada saat sebelum belajar, pada saat guru sedang berhalangan. Intinya pada saat ada waktu luang siswa dibiasakan untuk duduk-dudk di teras kelas dengan membaca buku yang ada di rak buku di setiap teras semua kelas.
4. Sosialisasi Program
Program yang sudah disusun olem TIM selanjutnya disosisalisakian kepada seluruh guru, wali kelas, dan kepada seluruh siswa.
5. Implementasi Program
a. Pembuatan rak buku
Pembuatan rak buku di setiap teras kelas di laksanakan oleh sekolah. Sedangkan buku
bacaan yangadigunakan untuk mengisi rak buku di setiap kelas sebagian berasal dari
buku bacaan yang ada di perpustakaan dan selebihnya adalah buku dari siswa yang
berada di kelas masing-masing.
b. Penataan teras
Wali kelas dan siswa mempunyai otoritas untuk berinovasi menata teras kelas masing-masing. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa yang ada di kelas tersebut bisa menata
terasnya sesuai dengan kesepakatan kelas agar menjadi tempat membaca santai yang
nyaman.
Model Teras untuk baca di SMPN 4 Kotabaru dapat dilihat pada Link Intagram di bawah ini:
https://www.instagram.com/p/C3wNO0AJ4Si/
Model Teras untuk baca di SMPN 4 Kotabaru juga dapat dilihat pada Link youtube di bawah ini:
c. Kegiatan Membaca
Kegiatan membaca di teras kelas dilaksanakan dalam bentuk pembiasaan rutin/terjadwal dan pembiasaan setiap saat/tidak terjadwal.
Kegiatan Literasi di SMPN 4 Kotabaru dapat di cermati pada Link Youtube di bawah ini:
d. Evaluasi
Evaluasi berkala dilakukan untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksankan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Selain itu, evaluasi dilakukan untuk melihat kendala yang dihadapai selama pelaksanaan untuk menentukan rencana tindak lanjut dalam memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
Evaluasi kegaitan dilaksankan setiap akhir bulan. Kegiatan evaluasi tersebut merupakaan evaluasi program secara menyeluruh yang dilaksankan.
D. Refleksi
Budaya membaca siswa dapat terbentuk dengan memanfaatkan teras kelas sebagai tempat
baca hal tersebut dikarenakan denagn dijadikannya teras kelas sebagai tempat baca berarti
mendekatkan bahan bacaan kepada siswa sehingga dapat diakses kapanpun setiap saat. Selain
itu, fakta yang ada bahwa setiap saat pada saat istirahat, pada saat guru yang mengajar sedang
ada kegiatan, atau saat santai Sebagian besar siswa duduk dan nongkrong di teras kelas.
Selain budaya baca, pemanfaatan teras kelas sebagai tempat baca adalah teras kelas menjadi
bersih dan tertata rapi dan memunculkan inovasi dan kreativitas wali kelas bersama dengan
siswa
Tips dari Saya
a. Visioner
Sikap dan wawasan ke depan diperlukan oleh kepala sekolah untuk mengikuti perkembangan
pendidikan sesuai dengan jamannya.
b. Kepedulian Tinggi
Kepedulian kepala sekolah berpengaruh terhadap keberlangsungan kegiatan yang ada di
sekolah termasuk komunitas belajar yang sedang dilaksankan. Kepedulian tersebut dapat
ditunjukkan dengan cara memberikan Solusi terhadap permasalahan yang hadapi dalam
pelaksanaan kegiatan komunitas belajar di sekolah. Agar dapat memberikan Solusi maka
kepala sekolah harus terlibat langsung dan berperan aktif dalam kegiatan.
c. Komitmen dan Konsisten
Komitmen kepala sekolah dalam kegiatan dapat terwujud jika kepala sekolah turut serta dan
terlibat langsung dalam kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi.
Selanjutnya, melaksankan hasil keputusan yang sudah ditetapkan bersama.
Kepala sekolah juga harus konsisten mengikuti kegiatan sampai tuntas dengan demikian maka
tumbuh semangat dalam jiwa guru dan menumbuhkan kedekatan antara kepala sekolah dan
guru atau dengan istilah laian bahwa kepala sekolah harus membersamai guru dalam kegiatan
sampai tuntas.
d. Belajar Sepanjang Hayat
Sikap belajar sepanjang hayat perlu dimiliki oleh kepala sekolah sehingga setiap perubahan
yang terjadi selalu merasa ingin belajar. Dengan sikap tersebut, kepala sekolah akan selalu
terbuka dengan perubahan yang terjadi dan apapun kegiatan yang dilaksankan oleh guru
dalam rangka peningkatan kompetensi tentu mendukung dan mengikuti dengan baik.
Selain itu, sikap belajar sepanjang hayat yang dimiliki oleh kepala sekolah akan meningkatkan
semnagat guru untuk selalu meningkatkan kompetensi dirinya dengan berbagai kegiatan.
Profil Penulis
Ahmad Fadloli, S.Pd.,M.Pd. Sebagai Kepala Sekolah Penggerak Angkatan I di SMPN 4 Kotabaru, Karawang, Jawa Barat. Aktivitas lain adalah sebagai Narasumber Berbagi Praktik Baik Kabupaten Karawang di PMM. Motto: Selalu Komitmen dan konsisten untuk bergerak, tergerak dan menggerakkan.
Media Sosial:
https://www.youtube.com/@AhmadFadloli
https://www.instagram.com/gus_ndol/
https://www.facebook.com/ahmad.fadloli.71
Tulisan lengkat dapat diunduh di link Platform Merdeka Mengajar di bawah ini:
https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/pdf/483297?source=BK_KARYA_SAYA_CATEGORY_PAGE