Meningkatkan Kemampuan Hitungan Dasar Siswa melalui Pembiasaan Raraban
Gusndol.com. Akhir-akhir ini sering lewat di beranda media sosisal kita seperti tiktok, Instagram, facebook dan media sosial lainnya. Disana kita melihat para penggiat sosial media melakukan ekperimen terhadap siswa dengan melakukan tantangan hitungan dasar mulai perkalian, penjumlahan, pengurangan, dan pembagian. Dan hasilnya mencengangkan, ternyata sebagian besar siswa yang ditanya dalam tantangan tersebut tidak dapat menyelesaikan tantangan yang diberikan. Ironisnya lagi, siswa dalam tantangan tersebut adalah siswa SMA/SMK. Padahal tantangan yang diberikan termasuk gampang karena masih hitungan dasar. Karena kejadian tersebut diunggah di media sosial, maka berita tersebut cepat menyebar dan bahkan menjadi viral.
Nah, kejadian yang menyangkut siswa, biasanya yang kena sasaran ya sekolah. Akhirnya muncul berbagai perdebatan, misalnya: Apa yang diajarkan di sekolah, masak hitungan gitu aja nggak bisa? Dan macem-macemlah pokoknya. Bahkan pertanyaan-pertanyaan yang semisal itu yang berasal dari orangtua dan Masyarakat mungkin juga dipertanyakan juga kepada pejabat yang membidangi Pendidikan, misalnya dinas Pendidikan atau yang lainnya. Dengan demikian, maka kondisi seperti ini juga menjadi perhatian bagi pejabat di dunia pendidikan.
Memang tidak ada ujungnya kalau saling berdebat. Misalnya, bagi yang di SMP katanya ya kami kan menerima siswa dari SD dan seleksinya melalui system yang sudah ada. Pihak SMK/SMA juga demikian. Kami kan menerima siswa dari SMP melalui system PPDB. Lantas siapa yang salah? bagaimana menyikapi permasalahan tersebut?
Kalau bicara inklusif, ya memang semua siswa dengan berbagai latar belakang dan keterbatasan maupun kelebihan harus diterima. Dan yang lebih penting adalah bagaimana mencari Solusi agar permasalahan kemampuan hitungan dasar siswa dapat diatasi.
Menyikapi permasalahan ini, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan olahraga Kabupaten Karawang mengeluarkan surat edaran tentang intruksi kepada sekolah-sekolah untuk mengadakan pembiasaan “Raraban” kepada siswa. Respon cepat diambil oleh kepala SMPN 4 Kotabaru dengan mengundang guru-guru untuk berdiskusi model pelaksanaan raraban yang akan diterapkan.
Hasil diskusi bersama antara kepala sekolah dan guru-guru terkait dengan model pelaksanaan raraban di SMPN 4 Kotabaru adalah sebagai berikut:
1. Pembiasaan Raraban dilaksankan pada saat siswa berbaris di depan kelas sebelum belajar.
SMPN 4 Kotabaru sudah lama menerapkan pembiasaan berbaris di depan kelas pada saat jam pertama akan dimulai sebelum ada intruksi terkait raraban dari Disdikpora hanya saja saat dilaksankan tidak ada kegiatan raraban. Pembiasaan berbaris di depan kelas sebelum jam pertama ini dalam rangka memastikan kebersihan, kerapihan, dan melatih kesabaran untuk mengantri.
Setelah ada intruksi terkait raraban, kegiatan pembiasaan berbaris di depan kelas sebelum jam pertama dimulai ada penyesuaian yaitu kegiatan masih sama dengan sebelumnya tetapi ada tambahan yaitu raraban. Artinya, Selain kebersihan, kerapihan, siswa juga dilatih menghapal perkalian, penjumlahan, pengurangan, dan pembagian, dan tetap juga melatih kesabaran untuk mengantri.
2. Pembiasaan Raraban dilaksanakan pada saat jadwal “Pembinaan Wali Kelas”.
SMPN 4 Kotabaru sudah lama menerapkan kegiatan”Pembinaan Wali Kelas”. Sekolah menambahkan 40 menit atau 1 JP khusus untuk pembinaan wali kelas. Program ini diambil karena pentingnya memberikan pemahaman kepada siswa terkait dengan isu-isu yang berkembang misalnya tentang kenakalan remaja, seks bebas, narkoba, kedisiplinan dll. Kesempatan ini juga oleh wali kelas dijadikan sebagai wadah untuk melakukan refleksi terhadap kelas masing-masing mulai dari kehadiran, kebersihan, dan hal-hal lain.
Setelah ada intruksi terkait raraban, maka kegiatan pembinaan walas mengalami penyesuaian berupa tambahan kegiatan yaitu raraban.
Intinya kepala sekolah mempunyai peran yang strategis untuk melihat berbagai permasalahan yang muncul dan mencarikan Solusi bersama dengan seluruh warga sekolah, Menyusun program, melaksanakan program ,melaksanakan refleksi, mealkukan evaluasi dan Menyusun tindak lanjut. Jika siklus itu dilaksanakan dengan komitmen dan konsisten, maka perubahan akan terjadi.
Selain itu, agar perubahan dapat terwujud, sekolah harus melaksanakan instruksi dari atasan dengan baik dan konsisten, bukan panas-panas …..artinya hanya satu kali saja dilaksanakan yang penting sudah ada dokumen sebagai laporan. Jika demikian, maka sulit akan terwujud perubahan yang diharapkan.
Di bawah ini Sebagian video pembiasaan berbaris di depan kelas dan pembiasaan raraban di SMPN 4 Kotabaru.
1. Pembiasaan Berbaris di Depan Kelas sebelum Jam Pertama
2. Pembiasaan Raraban
Terima kasih, semoga bermanfaat. Pakndol,10012024